Pages

20 November 2008

KOMITMEN GURU TERHADAP TUGAS Oleh : Wiwin Patma Dewi


Seorang guru harus bangga karena tugasnya adalah mulia, yaitu mempersiapkan kelangsungan hidup dan masa depan bangsa. Betapapun jenis ragam tantangan, rintangan dan cobaan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya harus selalu dilaksanakan dengan penuh pengabdian.
Tugas untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada anak didik dalam kegiatan mengembangkan bakatnya harus dilandasi rasa ikhlas dan penuh tanggung jawab.
Telah diakui banyak kalangan, bahwa peran guru di depan kelas tidak dapat digantikan dengan computer yang paling canggih sekalipun. Terlebih dalam hal pembentukan watak dan kepribadian anak didik.


Oleh karena itu tepat jika dikatakan bahwa jabatan guru adalah jabatan kunci dalam mempersiapkan generasi yang bermutu. Generasi yang mampu mengemban amanat meneruskan cita-cita generasi pendahulunya. Generasi yang dapat menghormati pahlawannya.

Kepribadian dan Kemampuan yang Idial.
Setidaknya ada dua tokoh masa lalu yang dapat kita teladani tentang prinsip dan ajarannya yang sering, bahkan mungkin telah kita lupakan yaitu; Ki Hajar Dewantoro dan Maha Patih Gajah Mada.
Ki Hajar Dewantoro adalah tokoh pendidikan yang telah mengajarkan bagaimana sifat-sifat yang seharusnya dimiliki seorang guru. Sifat-sifat yang harus dimiliki menurut beliau adalah : tetep, teteg, antep dan mantep.

a. Tetep
Tetep maksudnya mempunyai ketetapan pendapat dan piker jika sesuatu telah diyakininya. Tidak mudah termakan isu, tidak mudah diombang ambingkan, pikirannya tidak cepat berubah.
Sesuatu yang telah diyakini kebenarannya dan telah ditugaskan kepadanya selalu dilaksanakan dengan sikap penuh kelembutan dan pengertian. dengan demikian jika ia diberi tugas akan dilaksanakan dengan senang hati bahkan merasa tidak diperintah. Dilaksanakan semua tugas engan penuh tanggung jawab dan ikhlas.

b. Teteg
Tidak tergoyahkan oleh godaan atau rayuan apapun. Sering terjadi pada seorang guru manakala melihat lingkungannya yang hidup dengan penuh kemewahan mereka akan tergoda. Tidak heran jika guru menjadi sasaran empuk promosi segala macam produk. Jika seorang guru tidak mempunyai kepribadian yang teteg, mereka akan terbawa arus. Hal ini dapat berakibat fatal bagi perekonomiannya dan akan berimbas terhadap semangat bekerjanya.

c. Antep
Berisi, berilmu dan berpengetahuan. Setiap ada kesempatan, ia selalu belajar apa saja untuk menambah bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Ki Hajar Dewantoro mengajarkan bahwa “ orang yang bijaksana ialah orang yang banyak membaca “. Hal ini tepat sekali untuk direnungkan oleh para guru, karena memang ilmu itu didapat dari hasil baca. Tanpa banyak membaca dalam mendidik akan kering dan kurang maksimal.

d. Mantep
Yakin bahwa tugas sebagai guru adalah mulia dan sebagai amanat Tuhan, sehingga konsekuensi apapun ia terima sebagai nikmat. Konsekuensi kesederhanaan hidup dijalaninya dengan ikhlas. sebab ia telah berkeyakinan bahwa kebahagiaan hidup bukan terletak pada kemilaunya harta, mewahnya rumah, mengkilapnya mobil dan sebagainya.

Ajaran-ajaran tersebut akan menjadi suatu kepribadian manakala dilengkapi dengan ajaran tentang kepribadian dari Maha Patih Gajah Mada.Sifat-sifat yang harus dimiliki sebagai seorang pendidik menurut Gajah Mada adalah:
a. Sardjowo Pasomo
Artinya tingkah laku yang memperlihatkan kerendahan hati, bermuka manis, tulus ikhlas, lurus hati dan sabar.
b. Dhitsaha
Selalu bekerja rajin dan sungguh-sungguh, serta mempunyai keteguhan hati.
c. Diwjatjita
Selalu berhati baik dalam berhubungan dengan orang lain dan selalu siap mendengarkan bermacam-macam jalan pikiran dengan tenang, walaupun kadang-kadang tidak setuju.
d. Sumantri
Menjadi pegawai yang sopan tindak tanduknya. Seorang guru harus memiliki watak ini karena guru merupakan tokoh yang “digugu” dan “ ditiru”.
Jika kedua ajaran tokoh tersebut telah teraktualisasi dalam sifat dan kepribadian para guru, maka kemampuan pengetahuan dasar berikutnya yang harus dikuasai adalah: kurikulum, penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode, dan disiplin.

Tampil Ekspresif
Agar peranan guru benar-benar sesuai harapan, maka profesionalisme harus segera ditumbuhkembangkan di kalangan guru, khususnya profesionalisme dalam bidang pengajaran.
Untuk maksud tersebut, alternative yang perlu dicoba adalah mengusir rasa minder dan selalu tampil ekspresif di hadapan masyarakat, teman seprofesi, terutama di hadapan peserta didik. baik cara berbicara, berpakaian, pola pergaulan dan lain sebagainya.
Adapun kiat untuk mengusir rasa minder dan agar selalu tampil ekspresif sedikitnya tiga cara:
pertama mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, yang dalam bahasa psikologi disebut picturing. artinya gambaran diri baik penampilan fisik maupun psikis. dari sini akan menjadikan seorang gutu itu berfilosofis atau penuh cinta akan kebijaksanaan.
Kedua, selalu berpegang pada hadits Rasulullah S.A.W. : “ al insan mahallul khoto wanissian “ manusia itu tempat salah dan lupa. dari sini diharapkan setiap guru mempunyai prinsip, kesalahan adalah hal yang lumrah. Sehingga jika terjadi suatu peristiwa yang menimpanya tidak akan diratapi sebagai musibah, tidak akan menjadikan dirinya termenung selalu yang dapat menimbulkan stress dan bermuara pada ditinggalkannya tugas-utama sebagai guru. Tetapi kesalahan akan menjadi tidak lumrah apabila selalu mengulang kesalahan yang sama, tanpa mau pernah bertobat.
Ketiga, seorang guru harus berani mengeluarkan ekspresi baik berupa pendapat, unek-unek secara verbal/kata-kata, oral maupun tulisan. Kelemahan para guru yang nampak sampai sekarang adalah sikap ketidak beranian mengungkapkan hal-hal yang menjadi ganjalan, baik yang disebabkan tugas yang tidak sesuai ataupun hak-haknya yang terabaikan. Sikap “nrimo” dalam arti negative selalu mendahului keputusan yang yang diambil setiap menghadapi masalah. Hal ini lebih disebabkan oleh budaya ewuh-pekewuh yang keliru penerapannya oleh guru. Jika hak-haknya dilanggar atau diabaikan yang muncul hanyalah gerutu melulu, tanpa tindakan apa-apa.
Sebagai kompensasinya tidak sedikit guru menjadi acuh tak acuh dan mulai mengabaikan tugas-tugasnya. Sikap seperti ini jelas merugikan semua pihak, baik guru itu sendiri terlebih bagi anak didiknya.
Adalah bukan sikap seorang guru yang professional dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugasnya, jika setiap menemui persoalan tidak segera diselesaikan, tetapi justru menghindar dari persoalan dengan jalan mengabaikan tugasnya. Guru sebagai tauladan harus berani mengatakan yang benar, meskipun pahit.
Akhirnya sampailah kita pada ujung tulisan ini. dari uraian tulisan-tulisan di atas dapat digaris bawahi bahwa, komitmen seorang guru terhadap tugasnya yang idial adalah: guru harus selalu tampil ekspresif, tidak minder, serta mampu menjabarkan ajaran Ki Hajar Dewantoro dan Maha Patih Gajah Mada tersebut.
Jika semua itu telah tertanam dalam pribadi setiap guru maka untuk menjadi tenaga pendidik yang professional Insya Allah tidak akan banyak menemui hambatan, Wallahu’alam.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi apresiasi coretan saya dengan meninggalkan komentar......

 

Mengenai Saya

Foto saya
aq buat blog ini untuk berbagi dengan anda.