Kesadaran tentang pentingnya membaca sebagai salah satu cara memperlengkapi diri menuju guru profesional sudah ada disetiap pendidik.
Pertama, Para guru merasa sudah menguasai materi-materi pelajaran. Karena materi pelajaran tersebut sudah mereka sampaikan dari tahun ketahun. Pokok bahasannya itu-itu saja. ”Saya sudah mengajar hampir 17 tahun,. Semua materi pelajaran sudah saya kuasai, bahkan diluar kepala”.
Kedua, Karena kesibukan guru baik di kelas maupun di dalam rumah. Di dalam keluarga sepulang dari mengajar yaitu mencari tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan ini sah-sah saja. Artinya aktifitas urusan keluarga sangat menytita waktu. Didalam kelas para guru dituntut jam tatap muka yang demikian padat, ditambah kewajiban administrasi, membuat para guru praktis tidak ada waktu luang untuk membaca.
Itulah gambaran yang dapat diungkap dari guru-guru sekarang ini, tentu tidak seluruhnya. Memang umumnya materi pelajaran sudah mereka kuasai. Fenomena lain yang tampak adalah kebanyakan guru lebih banyak membawa ”bekal” atau barang lain dalam tas kerjanya daripada buku yang berguna untuk menambah pengetahuan.
Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru memberi warna baru aktifitas para guru. Trend mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan pada hari libur akhir-akhir ini meningkat cukup tajam. Mulai study lanjut, seminar dan workshop selalu diburu dan dipenuhi para guru. Hal demikian secara tidak langsung menggugah kesadaran guru pentingnya membaca mulai tumbuh kembali. Gejala positif ini secara tidak langsung efek dari pengakuan guru sebagai profesi. Bahkan dengan adanya sertifikasi, minat guru dalam membuat karya tulis meningkat, meskipun belum diimbangi dengan kebiasaan membaca literatur yang cukup.
Dalam mengajar yang harus dikuasai pendidik selain materi pelajaran, adalah metode dan seni penyampaian materi kepada peserta didik. Sebaik apapun penguasaan materi seorang pendidik tanpa didukung metode penyampain yang baik akan sulit dicerna peserta didik.Inilah yang membedakan guru sebagai profesi dengan seorang ilmuan. Pendidik dituntut mempunyai ketrampilan khusus.
Menulis karya ilmiah juga masih menjadi salah satu kelemahan bagi para guru saat ini. Hal inilah setidaknya yang dirasakan penulis saat ini. Karya tulis merupakan salah satu ketentuann guru untuk meningkatkan kualitas. Selain itu, karya tulis juga dilakukan untuk inovasi pembelajaran didalam kelas.
Penelitian dalam menghasilkan karya tulis dapat mengatasi kesulitan guru didalam kelas dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
Banyak yang mengalami kesulitan bahkan tidak sedikit yang belum paham metode penelitian. Memecahkan masalah dalam kelas adalah mutlak harus dipahami guru. Persoalan-persoalan seputar siswa dan materi serta cara memecahkannya adalah mutlak harus dikuasai pendidik jika ingin materi yang disampaikan dapat dipahami semua peserta didik. Memahami karakteristik setiap siswa adalah bagian lain yang harus juga dikuasai guru sebagai bahan kajian dalam melaksanakan evaluasi.
Sedikitnya jumlah guru Golongan IV/B keatas adalah bukti lain masih lemahnya menulis karya ilmiah bagi guru, karen syarat kenaikan golongan dari IV/A ke IV/B mewajibkan pembuatan sebuah karya ilmiah.
Guna menggugah kesadaran guru untuk kembali membaca dalam rangka mengatasi berbagai kelemahan guru tersebut adalah tersedianya buku/perpustakaan.
Pertanyaannya sekarang, benarkah dengan tersedianya perpustakaan guru akan membaca ?. Kemudian kapan dan dimana mereka akan membaca ?. Karena para guru tidak ada waktu luang untuk membaca sebagaimana diungkapkan dalam awal tulisan ini.
Perpustakaan sekolah
Menurut pengamatan penulis jumlah perpustakaan disekolah-sekolah SD khususnya masih sangat sedikit bahkan bisa dikatan belum ada yang mempunyai perpustakaan. Padahal perpustakaan adalah pusat untuk mengembangkan minat baca bagi masyarakat (guru, siswa). Sebagaimana diamanatkan UU no. 43 th 2007.
Membaca adalah jendela ilmu yang sedang digali disekolah-sekolah. Membaca dan perpustakaan adalah variabel penting dalam meningkatkan kualitas guru. Hanya dengan membaca kelemahan guru dalam membuat karya ilmiah dan lemahnya metodologi penelitian tindakan kelas (PTK) yang selama ini masih menjadi kendala utama dapat diatasi.
Dengan tersedianya perpustaan yang standar kebutuhan literatur guru terpenuhi, sehingga minat baca akan tumbuh kembali.Perpustakaan juga sangat membantu para guru untuk mendapatkan buku-buku sebagai referensi bahan ajar tanpa harus membeli, sehingga referensi bahan ajar guru banyak variasi dan inonasi tidak hanya sekedar yang mereka hafal dari tahun ketahun.
Ketersediaan buku-buku referensi yang ada dapat merangsang guru untuk membaca kembali. Dengan membaca kualitas guru akan meningkat menjadi guru yang profesional. Sebagai guru profesional akan mendapatkan penghargaan tunjangan sertifikasi sebagaimana yang telah diprogramkan pemerintah. Dengan demikian secara otomatis kesibukan guru sepulang dari sekolah akan terkurangi sehingga kesempatan membaca cukup tebuka, dan ”bekal” yang ada didalam tas hanyalah buku-buku, alat-alat peraga untuk kegiatan proses belajar mengajar.
Karena itu sudah seharusnya pemerintah mendorong terwujudnya perpustakaan sekolah yang dikelola dengan baik. Anggaran Pendidikan 20 % APBN yang diamantkan undang-undang kita sambut dengan baik. Baik oleh jajaran Dinas Pendidikan, sekolah-sekolah untuk menambah sarana sekolah berupa perpustakaan dengan pengelolaan yang profesional.
Guna mendorong terwujudnya perpustakaan yang standar, komponen penilaian akreditasi sekolah sudah seharusnya dengan tersedianya perpustakaan mendapat nilai tinggi. Selama penulis menjadi guru 16 tahun jarang sekali terdengar adanya lomba perpustakaan antar sekolah setingkat sekolah dasar. Dengan cara ini hampir dapat kita pastikan sekolah akan berlomba-lomba mengelola perpustakaan dengan baik yang berujung pada minat baca warga sekolah (guru dan siswa) tumbuh kembali dengan baik.
Muara dari terwujudnya perpustakaan sekolah diatas, tuntutan guru profesional; guru harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat berdasarkan kompetensi individual, kesadaran profesional yang tinggi, prinsip etik / moralitas, militansi individual dengan ditunjang menejemen sekolah yang baik Insyaallah akan mengasilkan output siswa yang baik. Wallahu’alam.
Penulis Wiwin Patma Dewi, Spd.
adalah Guru SD I Kedingsarimulya Welahan
Jepara
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi apresiasi coretan saya dengan meninggalkan komentar......