Pages

21 Mei 2011

Pendidikan karakter melalui Basa krama

Pendidikan Karakter dengan Boso Kromo

Oleh Wiwin Patma Dewi

Pernahkan kita membayangkan ada siswa yang marah kepada gurunya dengan boso kromo/ Bahasa Jawa halus ? tidak kebayangkan ?. karena memang boso kromo inggil sebagai bagian bahasa pergaulan orang jawa khususnya Jawa Tengah menunjukkan kesantunan dan kesalehan pemakainya.

Bahasa Jawa kromo adalah bahasa sopan dan bisa lebih menghormati orang lain. Disamping bahasa Jawa kromo mengandung nilai-nlai luhur yang sangat dalam, dengan bahasa kromo juga menunjukkan jati diri seseorang, jauh dari sikap adigang, adigung, adigina.

Dalam pergaulan sehari-hari saat ini jarang kita temukan siswa dalam berkomunikasi memakai bahasa kromo sebagai bahasa pergaulan baik dengan teman sebaya maupun dengan orang yang lebih tua. Anak-anak sekarang lebih suka bahasa gaul, kalau tidak bisa bahasa gaul dianggap tidak moderen.

Tentu sah-sah saja anak-anak kita ajarkan berbagai bahasa agar tidak terasing oleh pergaulan internasional. Tetapi jangan dilupakan bahasa warisan nenek moyang kita yang telah terbukti dapat membentuk karakter pemakainya.

Oleh karena itu setuju dengan komisi E DPRD Jateng yang tengah menggodok bahasa Jawa sebagai pelajaran muatan lokal wajib untuk sekolah. Namun jangan lupa titik berat kurikulumnya adalah pemakaian bahasa Jawa kromo inggil, bukan sekedar pelajaran teoritik saja. Sejatinya inti dari pelajaran bahasa Jawa sebagai pembentuk karakter siswa terletak pada pemakaian bahasa Jawa kromo sebagai bahasa pergaulan dengan siapa saja.

Pembiasaan

Guna menggairahkan kembali bahasa Jawa kromo inggil sebagai bahasa pergaulan, sekolah merupakan institusi yang paling tepat. Sesungguhnya tidak sulit untuk membiasakan siswa memakai bahasa Jawa kromo sebagai alat komunikasi, karena pada umumnya mereka sudah banyak menguasai kosa kata bahasa Jawa halus tersebut. Persoalannya sekarang adalah bagaimana mereka terbiasa dan akrab dengan bahasa tersebut.Tauladan guru kunci keberhasilannya.

Jika kebiasaan selama ini siswa dituntut untuk berbahasa Jawa halus dengan guru, sementara guru tidak berbahasa Jawa halus, maka era sekarang harus dibalik. Guru dalam berkomunikasi dengan siswa harus memakai bahasa Jawa halus baik dikelas atau diluar kelas bahkan ketika berada dilingkungan masyarakat.

Pimpinan, guru, orang yang lebih tua tidak akan jatuh martabatnya jika hanya berkomunikasi dengan bahasa Jawa halus dengan orang dibawahnya, justru sebaliknya mereka akan dihormati dan memang pantas dihormati.

Hasil dari tauladan tersebut tidak perlu menunggu satu tahun, satu semesterpun akan tampak hasilnya. Dampak tersebut akan dibawa siswa kelingkungan rumah. Mauranya adalah apresiasi orang tua siswa kepada sekolah yang tinggi, karena sekolah memang benar-benar telah membuktikan dirinya sebagai agen perubahan karakter siswa.

Monggo sekolah pundi ingkang kerso dados tulodo supadospun conto sekokolah-sekolah sensipun ?

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi apresiasi coretan saya dengan meninggalkan komentar......

 

Mengenai Saya

Foto saya
aq buat blog ini untuk berbagi dengan anda.